Kenapa Polotik Di Indonesia Masih Saja Kelam



Belati Goresan Luka Lama
Oleh: M Fajri
Berdiri tegak laksana seorang kesatria dengan baju perang berapis baja dan pedang yang sangat tajam. Memimpin sebuah pasukan besar bertempur melawan dominasi kekuatan dunia menuntut sebuah keadilan. Membakar semangat dan keberanian diri, bukan menjadi pengecut yang hanya pantas menjadi seorang pecundang. Indonesia ku hari ini adalah kesatria itu. Yang semangat dan keberaniannya merupakan cerminan dari Panca Sila dan UUD 1945. Yang lahir dari sejarah panjang pertiakaian dunia, namun tak pernah kehilangan jati diri sebagai bangsa yang kuat dan berwibawa. Sebagai sebuah pencapaian besar, buah dari tumpahan darah para pahlawa yang kini telah menjadi bagian dari bumi Pertiwi ini.
            Dalam pergerakan merebut kemerdekaan, Indosesia telah Memerah Putihkan jiwa dan ideologi setiap etnis, suku dan golongan. Menjadikannya sumbu pembakar semangat bela negara. Tapal batas kekitaan disatukan dengan merumpunkan kelainan ke dalam fantasi Keindonesiaan. Maka wajah Keindonesiaan pun dijunjung tinggi di atas keinginan masing-masing.
            Namun kini cerita itu adalah potret dulu, yang kian lama mulai tergerus oleh lemahnya moralitas dan emosi generasi sekarang yang kian lama semakin merosot. Hal itu  bukan karena tusukan pedang lawan, melainkan prajuri bangsa kini mulai teriris-iris menjadi bagian-bagian kecil sekte-sekte sosial. Nyatanya, kini bagian-bagian itu telah memiliki bendera-bendera kebanggaan sendiri. Dan seakan bendera-bendera itu ingin dikibarkan setinggi-tingginya melebihi tinggi sang saka Merah Putih. Indonesai hari ini menangisi luka lama. Setelah susah payah menyatukan Nusantara dalam satu ideologi, lantas kini ideologi itu kembali diiris-iris belati politik yang semakin kelam. Tak ayal, kebinekaan Indonesai pun tak lagi dipandang sebagai suatu yang indah.
            Katanya, ketika pesta demokrasi ini usai, semua barisan akan kembali menyatu, tapi nyatanya sampai di kursi sana, mereka masih sibuk mengurus bendera mereka. Bahkan ketika para rakyat berteriak mereka tak menghiraukan nya sama sekali. Rakyat terbelah, pemerintah terbelah lalu, Indonesia di hari kelak akan seperti apa.
            Hari ini banyak sekali harapan terbentang ditengah pergolakan perang. Perang terhenti, prajurit kembali bersatu membangun Negeri, dan campur tangan asing dengan kepentinganya untuk menghancurkan negeri ini dihiangkan dari tubuh ini. Bersatu membangun negeri dengan segala kemampuan kita. Sudi membuang keegoisan masing-masing.
            Di tahun pemerintahan baru ini, kita butuh para Gajah Mada muda yang mau bertekat dengan sumpah palapanya untuk kembali menyatukan keping-kering reruntuhan para prajurit bangsa yang hancur dihantam badai pergolakan politik. Mencidrai bibit-bibit unggul putra bangsa karena terbelahnya barisan panca sila. Semoga mimpi Keindonesiaan yang selama ini diperjuangkan bisa tergapaikan. Semoga mimpi kesatuan dibalik kentalnya kebinekaan bisa kembali tersusun dalam satu badan, walaupun bukan satu pemikiran. Semoga cita-cita suci dalam hembusan nafas para pejuang tidal lagi dikotori tangan-tangan para politikus bermuka dua.

Comments

Popular posts from this blog

jalan damai untuk Indonesia kita bersama

Produk Giro dalam Bank Syariah

prinsip produksi dalam Al Qur'an