Kerangka Kebijakan Moneter (Bank Indonesia)
Kerangka
Kebijakan Moneter di Indonesia
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut
sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation
Targeting Framework (ITF).
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya
menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money)sebagai
sasaran kebijakan moneter.
A.
Apa itu ITF.
Dengan
kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan
untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk
mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, artinya perubahanstance kebijakan
moneter dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan masih
sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Dalam kerangka
kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas
kebijakan kepada publik. Secara operasional, stancekebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku
bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga
pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.
B.
Fungsi ITF
Dengan telah dilepaskannya
sistem nilai tukar dengan band intervensi nilai tukar (crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal anchor) baru dalam rangka
menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variabel nominal
(seperti indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara
eksplisit oleh bank sentral sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga
lainnya. Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target, maka inflasi luar
negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter
memerlukan jangkar nominal? Karena tanpa adanya jangkar nominal, tidak ada
kejelasan kemana kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat tidak
memiliki pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang
mengapung di lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan.
Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal masyarakat akan membuat ekspektasi
inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai dengan jangkar nominal
tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan Bank Indonesia secara
konsisten dapat mencapainya akan meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter
yang pada gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa
menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
- ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
- ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
- ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi yang memerlukan time lag.
- ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek good governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.
- ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar, output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
C.
Penerapan ITF.
Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi
ke depan pada periode tertentu. Setiap periode Bank Indonesia
mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan dengan sejumlah model dan sejumlah informasi
yang dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi
sudah tidak kompatibel dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon dengan
menggunakan instrumen yang dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah
melampaui sasaran, maka Bank Indonesia akan cenderung melakukan pengetatan
moneter.
Secara reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada publik
mengenai asesmen terhadap kondisi inflasi danoutlook ke depan serta keputusan yang diambil.
Jika sasaran inflasi tidak tercapai maka diperlukan penjelasan kepada publik
dan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengembalikan inflasi sesuai dengan
sasarannya.
Comments