Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Maret 2015
Beberapa kemajuan
yang telah dicapai di beberapa bidang penting, seperti subsidi bahan bakar yang
membawa harapan besar, kini membuat pemerintah harus siapa menghadapi tantangan
untuk menerapkan reformasi kompleks di tengah pertumbuhan yang melemah. Diantaranya
adalah reformasi subsidi bahan bakar
yang tepat, telah membuka jalan bagi APBN 2015 yang direvisi, anggaran
pertama oleh pemerintah yang baru, untuk mengalihkan alokasi belanja ke berbagai
prioritas pembangunan, terutama belanja modal, yang mendapat anggaran dua kali
lipat dibanding tahun 2014.
Selain itu, penerimaan
dari minyak dan gas, menurut proyeksi Bank Dunia, akan menurun sebanyak 57
persen pada tahun 2015. Ini berarti kenaikan total penerimaan seperti pada
tahun 2014 akan sulit tercapai, dan bertolak belakang dengan adanya kenaikan
sasaran penerimaan sebesar 14,6 persen.Sedangkan,
anggaran belanja modal pemerintah sepertinya tidak akan meningkat sesuai yang
dianggarkan, tidak hanya karena hambatan dalam eksekusi, tapi juga
akibat pengurangan anggaran di beberapa bidang untuk memenuhi batas defisit
fiskal sebesar 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Belanja
infrastruktur yang lebih besar oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa lebih
meningkatkan investasi tetap, tetapi kuantitas dan kualitas belanja ini masih
belum bisa dipastkan.
Beberapa bulan belakangan ini, Ekonomi Indonesia terus berada dalam
tekanan akibat turunnya harga dan permintaan komoditas global, terutama dari
Tiongkok, yang
berkontribusi terhadap berkurangnya pertumbuhan PDB menjadi 5,0 persen pada
tahun 2014. Bank Dunia memperkirakan PDB akan sedikit naik, menjadi rata-rata
5,5 persen pada 2016, karena didorong oleh naiknya pertumbuhan investasi tetap,
yang dibantu naiknya belanja infrastruktur (meski masih belum mencapai
sasaran). Ekpor diperkirakan akan pulih secara perlahan, dan investasi akan
menaikkan impor, sehingga pada base case, net ekspor diperkirakan
tidak akan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Porsi besar melambannya pertumbuhan sejak tahun 2012 adalah akibat
penurunan potensi tingkat pertumbuhan menjadi 5,5 persen atau kurang, dan bukan sekadar satu kali
penurunan pertumbuhan akibat turunnya harga komoditas. Laporan edisi Maret ini
membahas peran sektor sumberdaya alam selama periode ledakan komoditas, dan
mengkaji proyeksi ke depan yang penuh tantangan. Agar sumberdaya alam Indonesia
yang sangat besar bisa lebih berperan dalam pembangunan, manajemen publik yang
efektif, serta kerangka kerja kebijakan yang kuat untuk membuat regulasi, akan
menjadi sangat penting.
Defisit neraca berjalan diperkirakan rata-rata masih sekitar 3,0 persen
dari PDB, akibat
beberapa faktor struktural, ekspor yang melemah, dan naiknya impor dengan
menguatnya investasi. Turunnya harga minyak secara tajam sejak pertengahan 2014
telah mengurangi defisit perdagangan, tetapi turunnya net impor minyak
diperkirakan akan tergantikan oleh semakin turunnya penerimaan dari ekspor gas. Sedangkan harga beras di pasar melonjak pada
bulan Februari, dan mengangkat masalah struktural pada pasar beras
Indonesia, dimana pengelolaanya menciptakan distorsi dan terhambat oleh
kurangnya data yang akurat dan tepat waktu. Consumer Price Index sudah menurun,
terutama akibat turunnya harga bahan bakar minyak sejak Januari, meskipun
inflasi masih tetap ada pada tingkat 5,0 persen tahun-ke-tahun.
Adapun keadaan mata uang rupiah, seperti mata uang negara-negara
berkembang lain, mengalami depresiasi signifikan terhadap US Dollar, tetapi
sejak pertengahan 2014 telah terapresiasi dalam hal perdagangan riil. Sistem penetapan harga BBM yang
baru mengurangi risiko fiskal akibat semakin menguatnya US Dollar, asalkan
diterapkan secara konsisten.
Agenda besar reformasi pemerintah telah mencapai beberapa keberhasilan
awal dan membawa harapan besar. Untuk mempertahankan upaya pengentasan kemiskinan
serta pertumbuhan yang lebih cepat, saat ini diperlukan fokus pada aspek
implementasi. Pemerintah tengah memberikan prioritas pada percepatan prosedur
izin usaha, dan telah membuat momentum awal yang kuat. Tetapi Pemerintah masih
menghadapi tantangan kompleks untuk bisa melanjutkan implementasi reformasi
dalam langkah-langkah operasional.
Comments