lnfasi dan Deflasi
MAKALAH
MAKRO EKONOMI ISLAM
INFLASI
DAN DEFLASI
O
L
E
H
LIA PAHELA WATI (152.
135. 178
)
IDA SRI RAHMAWATI (152. 135. 214)
HUSWATUN HASANAH (152. 135. 207)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
FAKULTAS SYARIAH
EKONOMI ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Inflasi dan Deflasi Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Mataram.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini:
1. Bapak/Ibu Dosen
2. Teman-teman
3. Dan berbagai sumber yang telah saya
pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Saya menyadari bahwa
makalah kami ini masih jauh dari sifat sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengaharapkan kritik serta saran yang bisa membantu agar makalah kami yang
selanjutnya akan bisa lebih baik lagi.
Mataram, September
2014
Penyusun
A. PENDAHULUAN
Adapun
masalah makro ekonomi yang sangat penting dan hamper ditemukan pada setiap
Negara di dunia yaitu investasi, mengingat pentingnya inflasi dalam suatu
perekonomian menjadi penting bagi para pengambil kebijakan makro ekonomi.
Tentunya kita pernah merasakan harga barang dan jasa cenderung dan terus
meningkat dalam produk tertentu seperti sekarang ini.
Sedangkan
fenomena deflasi di Negara-negara maju membawa kekhawatiran tertentu terhadap
kinerja perekonomian dunia, Jepang membuktikan deflasi menyebabkan kredit macet
raksasa di sector perbankkan.
Inflasi dan deflasi perlu dibahas karena mengingat begitu
banyak hal-hal atau permasalahan ekonomi yang timbul dari dampak inflasi dan deflasi itu sendiri yang
berpengaruh bagi ekonomi.
Tidak hanya berpengaruh pada individual, masyarakat, bahkan negara dan secara
global. Sebagai mahasiswa apalagi yang berkonsentrasi pada jurusan ekonomi
islam tentunya kita harus mengetahui dan memahami bagaimana inflasi dan deflasi
ini terjadi dan dampaknya bagi kehidupan serta solusi untuk mengatasinya agar
untuk kedepannya apabila suatu saat di Negara kita terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
B. PEMBAHASAN
INFLASI
Inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Kenaikan harga barang ini
bisa dengan presentase yang berbeda-beda namun tetap secara terus-menerus
selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun
dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
Kenaikan harga barang
ini dapat diukur dengan indeks harga:
- Indeks Biaya Hidup (Consumer Price Index)
Indeks biaya hidup mengukur
biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa oleh rumah tangga
untuk keperluan hidup. Karena arti penting masing-masing barang dan jasa bagi
seseorang tidak sama, maka dalam perhitungan angka indeksnya diberi angka
penimbang tertentu. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya persentase
pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruhan. Maka
diperlukan revisi apabila ternyata terdapat perubahan. Contoh: indeks biaya
hidup tahun 1977 sebesar 181,5, kemudian naik menjadi 195,3 pada tahun 1978
maka laju inflasi antara 1977 dan 1978 = (195,3-181,5) : 181,5 = 7,6%
- Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Indeks perdagangan besar menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga
bahan mentah, bahan baku atau bahan setengah jadi termasuk dalam perhitungan
indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga sejalan/searah dengan indeks
biaya hidup.
- GNP Deflator
GNP
deflator mencangkup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP ,
jadi lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan dua indeks di atas. GNP
deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan
GNP rill (atas dasar harga konstan). Conroh: GNP deflator pada tahun 1978 =
21.879 milyar : 9.073 milyar >< 100 = 241 milyar.
Jenis Inflasi Menurut Sifatnya:
- Merayap (Creeping Inflation)
Biasanya
creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%
per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama.
- Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai
dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan
triple digit) dan terkadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
memiliki sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi
dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih
berat daripada inflasi merayap (creeping inflation).
- Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi
tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah dampaknya.
Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup
dengan mencetak uang.
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya:
- Demand-Pull Inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan
permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Kenaikan
permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi
(output). Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telat tercapai;
penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja (disebut
inflasi murni).apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbngan GNP
berada di atas/melenihi GNP pmaka akan terdapat adanya “Inflationary Gap”.
Inflationary Gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi.
- Cost-Push Inflation
Biasanya ditandai kenaikan harga serta
turunya produksi (resesi). Keadaan ini timbul dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (agregat suply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
kenaikan biaya produksi pada akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya
produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor:
a. Perjuangan
serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah
b. Suatu
indrustri yang sifatnya monopolistis, manager dapat menggunakan kekuasaannya di
pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi)
c. Kenaikan
bahan baku industri.
Efek / Dampak Inflasi:
- Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan.seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga
orang yang menumpuk kekayaan nya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian
karena adanya inflasi. Sebaliknya pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan
adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang memilki
kekayaan bukan berupa uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar
dari laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi
seolah-olah merupakan pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang
lain.
- Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola laokasi
faktor-faktor produksi. perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberpa barang tertentu. Dengana danya inflasi permintaan akan
barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang
ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
Kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi
faktor produksi menjadi tidak efisien.
- Efek Terhadap Output (Poutpu Effects)
Inflasi dapat menyebabkan terjadinya
kenaikan produksi. alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga
barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan
keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. namun apabila laju inflasi itu
cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya., yakni
penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, niali uang rill menurun
dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi
mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara
inflasi dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi
biasa juga dibarengi dengan penurunan output.
Menurut
para ekonom Islam, Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
1.
Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan) fungsi dari pembayaran dimuka dan
fungsi dari unit perhitungan.
2.
Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat.
3.
Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama
untuk non primer dan barang-barang mewah.
4.
Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif,
yaitu menumpukkan kekayaan. Seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan invesatsi kearah produktif, seperti; pertaninan,
perdagangan dan transportasi.
Cara
mengatasi Inflasi:
Penyebab
terjadinya inflasi yang pada awalnya diyakini oleh pihak Bank Indonesia dan
Bappenas karena kenaikan harga minyak dunia dan `subprime mortgage` yang
terjadi di Amerika Serikat, ternyata dihantam pula oleh kenaikan harga pangan, gejolak
perekonomian dunia yang berujung pada inflasi sesungguhnya mulai tampak saat
pendapatan per kapita Amerika Serikat mulai turun. Namun para ekonom di tanah
air banyak yang tidak menyetujui tanda-tanda itu. Salah satu sumber mengatakan
beberapa cara untuk mengatasi masalah inflasi tersebut. Diantaranya adalah;
1. Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar.
Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga
dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju
kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen
berikut:
·
Politik
Diskoto (Politik uang ketat): Bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang
yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan
tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk
mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat.
Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan
berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
·
Politik
Pasar Terbuka: Bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal
untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang
beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah. Operasi pasar
terbuka (open market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti
obligasi negara, kepada masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang
beredar di masyarakat dan pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank)
berkurang, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.
·
Peningkatan
Cash Ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank
Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari
bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang
beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank
untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.
Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang
dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti
dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan
Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan
finansial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
·
Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam
perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar
anggaran tidak defisit.
·
Menaikkan
Pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya
karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan
penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli
masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang
bersifat konsumtif tentunya berkurang.
3. Kebijakan
Non Moneter
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak
berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumlah uang yang beredar, cara
ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter
dapat dilakukan melalui instrument berikut:
•
Mendorong
agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
•
Menekan
tingkat upah. tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam
pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering
dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan
menimbulkan inflasi.
•
Pemerintah
melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
•
Pemerintah
melakukan distribusi secara langsung. Dimaksudkan agar harga tidak terjadi
kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga
tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan
berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan
menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang
harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui
Bulog atau KUD.
DEFLASI
A. Pengertian
Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
B. Penyebab
Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi
penyebab deflasi :
1. Menurunnya
persediaan Uang di Masyarakat
Menurunnya jumlah persediaan uang di
masyarakat ini cenderung di sebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan
uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan disebabkan
oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang
cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang yang ada di masyarakat
semakin berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
2. Meningkatnya
Persediaan Barang
Kadang
kala produksibarang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang meningkat.Produsen
cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.Jika
jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan
produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang
maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya
harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.
3. Menurunnya
Permintaan Akan Barang
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan
produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat
harga barang yang bersangkutan.
Pengaruh
Deflasi
a. Penurunan Persediaan
Uang
Deflasi dapat menyebabkan
menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar
(seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi akan
mengalami kekacauan.
b.
Memperlambat
aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang
mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka
lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya
aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi
(deflationary spiral).
c.
Dampak susulan
dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami
PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan
demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang
yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
d.
Dari sisi
investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun
di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan
tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga
disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga
pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah
masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin
kecil.
Cara Pengendalian
Deflasi
Deflasi adalah keadaan moneter
yang menunjukkan adanya kecenderungan harga barang-barang yang makin menurun,
timbulnya deflasi di sebabkan karena makin berkurangnya jumlah uang yang
beredar di masyarakat, turunnya harga barang yan terus menerus mengakibatkan
gaji dan upah para karyawan menurun karena keuntungan yang di peroleh
perusahaan menurun. Menurunnya tingkat keuntungan yang di peroleh perusahaan
mengakibatkan manager perusahaan melakukan berbagai tindakan penghematan dalam
berbagai bidang, dan tidak menutup kemungkinan peruahaan tersebut akan ditutup
karena terdapat banyak hutang yang harus ditutup oleh perusahaan. Dengan
demikian yang dapat di lakukan untuk untuk mengatasi deflasi yaitu dengan jcara
menambah uang beredar di masyarakat dengan cara;
1.
Pemerintah
menambah pembelanjaan
2.
Masyarakat
menambah pengeluarannya, baik untuk konsumsi maupun investasi
Adapun dampak positif dari deflasi adalah deflasi akan
membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar dihargai dan jaminan
keamanan sosial politik, Orang akan banyak berinvestasi langsung dan
ketersediaan barang terjamin akibatnya nilai mata uang akan menguat. Sedangkan dampak negative dari
deflasi adalah Orang lebih suka mendepositokan uangnya di
bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik karena harga terus turun maka produsen cenderung kurang berminat
memproduksi barang dan kesempatan kerja berkurang karena banyak terjadi PHK di berbagai perusahaan.
Cara yang paling lazim digunakan adalah
memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan
demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat
memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan
perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan
peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan
menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga, namun pemotongan suku bunga bukan
jalan yang tepat untuk dilakukan karena itu hanya sekedar pengobatan sementara
untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan
sedirinya.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Inflasi merupakan kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi
kerena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran di pasar,
dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang terlalu sedikit.
Sedangkan deflasi merupakan harga barang dan jasa yang terjadi karena
permintaan yang berkurang lebih besar dari pada penawaran barang di pasar.
Dampak yang dipengaruh oleh inflasi ; dampak terhadap pendapatan,
Efisiensi dan Output. Sedangkan dampak yang dipengaruhi deflasi ; Penurunan Persediaan Uang, memperlambat aktifitas ekonomi, banyak
terjadi PHK dan tidak ada bisnis yang berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin, Ekonomi
Moneter, Jakarta: BPEP Yogyakarta, 1987.
Sukirno, Sadont, Makro Ekonomi: Teori Pengantar edisi 3,
Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Samuelson, Paul A. dkk, Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Global
Edukasi, 2003.
Karim , Adiwarman, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Dan Teoritis
Jakarta: Kencana, 2008.
Comments