Nilai Tukar Uang
MAKALAH
NILAI TUKAR (KURS)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
M. ROSIDIN
AGUSTIAWAN
TITI ERNA SANTI
SUSI MARTA AYU STIAWATI
PRODI KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014
PENDAHULUAN
Kompleksitas
sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi
dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal
tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan
jasa yang akan diperdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk
meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan
kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing
menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan
internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan
manfaat dalam perdagangan internasional.
Posisi
penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional mengakibatkan
berbagai konsep yang berkaitan dengan kurs valuta asing mengalami perkembangan
dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing.
Konsep-konsep yang berkaitan dengan penentuan kurs valuta asing mulai mendapat
perhatian besar dari ahli ekonomi terutama sejak kelahiran kurs mengambang pada
tahun 1973. Sejak saat itu kurs valuta asing dibiarkan berfluktuasi sesuai
dengan fluktuasi variabel-variabel yang mempengaruhinya.
Konsep
penentuan kurs diawali dengan konsep Purchasing Power Parity(PPP),
kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca pembayaran (
balance of payment theory ). Perkembangan konsep penentuan kurs valuta
asing selanjutnya adalah pendekatan moneter (monetary approach) .
Pendekatan moneter menekankan bahwa kurs valuta asing sebagai harga relatif
dari dua jenis mata uang, ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran
uang. Pendekatan moneter mempunyai dua anggapan pokok , yaitu berlakunya teori
paritas daya beli dan adanya teori permintaan uang yang stabil dari sejumlah
variabel ekonomi agregate. Hal tersebut berarti model pendekatan moneter
terhadap kurs valuta asingdapat ditentukan dengan mengembangkan model
permintaan uang dan model paritas daya beli.
Di
Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah
sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut sistem
tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung
dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem
nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating
exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD,
namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem
nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar
mengambang namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi
perubahan mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal
14 Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia
menggunakan band sebagai guidance atas pergerakan nilai
tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan nilai
tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah nilai tukar rupiah sepenuhnya
dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan dilakukan intervensi
oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem free
floating serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian Indonesia
selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan.
Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed floating dengan
melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan pada timing yang
tepat.
Dengan
melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia menandakan lemahnya kondisi untuk
melakukan transaksi luar negeri baik itu untuk ekspor-impor maupun hutang luar
negeri. Terdepresiasinya mata uang Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia
menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata
uang domestik
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Nilai Tukar (Kurs)
Kurs
(exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam
keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan
harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua
kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap
mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan)
menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi
(penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya
lebih mahal dan impornya lebih murah.
Kurs
sangat penting dalam pasar valuta asing (foreign exchange market). Walaupun
perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar
di seluruh dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka
menjadi sebuah rangkaian pasar tunggal yang beroperasi 24 Jam setiap hari.
Salah satu kategori penting dalam perdagangan valuta asing adalah perdagangan
berjangka (forword trading), di mana beberapa pihak sepakat mempertukarkan mata
uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka sepakati. Sedangkan
kategori lainnya, yakini perdagangan spot (spot trading) langsung melaksanakan
pertukaran tersebut ( ini biasanya untuk keperluan-keperluan mendesak atau
praktis).
Oleh
karena kurs merupakan harga relative dari dua set, maka layak bila kurs
dianggap sebagai harga asset itu sendiri. prinsip dasar penetapan harga asset
adalah bahwa nilai asset saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di
masa mendatang. Dalam mngevaluasi asset, para penabung (investor) selalu
memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang dibuahkan asset
itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam asset
tersebut di waktu-waktu selanjutnya. Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan
di pasar valuta asing ditentukan oleh suku bunga (interest rate) dan perkiraan
perubahan kurs.
Keseimbangan
dalam pasar valuta asing mensyaratkan adanya kondisi interest parity, yakni
suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apa pun menawarkan
perkiraan imbalan yang sama besarnya (bila diukur atau dihitung dengan satuan
yang sama). Bila suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, kondisi
interest parity menjamin adanya keseimbangan kurs. Kurs yang tengah berlaku
juga dipengaruhi oleh berbagai perubahan atas perkiraan kurs untuk waktu
mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi kenaikan perkiraan kurs dolar/DM
untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunga tetap, kurs dolar/DM yang
tengah berlaku akan meningkat.
Kurs
dapat pula disebut sebagai perbandingan nilai. Dalam pertukaran dua mata uang
yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata
uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs.
Dalam
kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli
dan jual oleh pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan
dalam waktu pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan
hak pembayaran. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas
atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah kurs yang dipakai
apabla pedagang valas atau bak menjual valuta asing.
b. Jenis-jenis
Nilai Tukar (Kurs)
a. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Kurs tetap merupakan
sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central
Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang
ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan
permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs tetap
mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan yang
cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya dengan membeli atau menjual
kurs mata uang yang berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar
stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap ini, bank sentral
melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.
Keunggulan :
- Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
- Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
- Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
- Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.
Kelemahan :
- Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas.
- Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
- Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor.
Penerapannya di Indonesia :
Sistem nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32
tahun 1964 ditetapkan bahwa nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar.
Sedangkan nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan berdasarkan
nilai tukar dollar terhadap negara tersebut sesuai dengan yang berlaku di pasar
valuta asing Jakarta dan internasional. Dalam periode penetapan kurs tetap
tersebut, Indonesia juga menetapakan peraturan sistim kontrol devisa yang
ketat. Dalam sistim ini, tidak ada pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun
pembelian valas namun para eksportir wajib menjual devisanya kepada bak
sentral. Sebagai dampak dari penetapan kurs tetap tersebut maka Bank Indonesia
harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valas bagi bank komersial maupun
masyarakat.
Dalam perjalanannya, Indonesia juga sempat mendevaluasi kurs tetapnya
sebagai dampak dari overvaluated dan jika di biarkan akan mengancam aktivitas
ekspor-impor. Pada tanggal 17 April 1970 Indonesia merubah kurs tetapnya dari
posisi semula sebesar Rp. 250,-/US Dollar menjadi Rp 378,-/US Dollar.
Devaluasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp
415,-/US Dollar dan yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan nilai
tukar sebesar Rp 625,-/US Dollar
b. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta.
Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter
dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari
penawaran dan permintaan uang.
Keunggulan :
- Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran suatu negara.
- Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
- Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
- Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan :
- Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
- Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan menetapkan kurs.
- Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
- Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.
Penerapannya di Indonesia:
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia
ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar
33 %. Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata
uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan
sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs
bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas atas atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005).
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.
c. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan bagi
suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistim nilai tukar ini
akan menyerahkan sleuruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi equilibrium
yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem nilai
tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.
Keunggulan :
- Cadangan devisa lebih aman.
- Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.
- Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
- Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.
- Tidak ada batasan valas.
- Equilibrium pasar uang.
Kelemahan :
- Praktik spekulasi semakin bebas.
- Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.
- Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.
Penerapannya di Indonesia:
Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode
1997 hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan
yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar. Tekanan
tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan
menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tekanan
tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate
(kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk
sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya
tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.
Sedangkan, macam-macam kurs
yang sering ditemui di bank atau
tempat penukaran uang asing (money
changer), di antaranya sebagai berikut:
a. Kurs
beli, yaitu kurs yang digunakan apabila
bank atau money changer membeli valuta asing atau apabila kita akan
menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau dapat diartikan
sebagai kurs yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta
asing.
b. Kurs
jual, yaitu kurs yang digunakan apabila
bank atau money changer menjual valuta asing atau
apabila kita akan menukarkan rupiah dengan valuta asing
yang kita butuhkan. Atau dapat disingkat kurs jual adalah harga jual mata uang
valuta asing oleh bank atau money changer.
c. Kurs tengah,
yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs
beli dan kurs jual yang dibagi dua)
c.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Nilai Kurs
a.
Tingkat inflasi
Dalam
pasar valuta asing,perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa
menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga
dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor
yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami
tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih
tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami
penurunan.
Rasio
uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar
yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada
nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata
uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan
mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang
mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih
rendah.
b.
Aktifitas
neraca pembayaran
Neraca
pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian, neraca
pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan
dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan
penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri
mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar
kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai
tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan
tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada
neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam perdagangan ada di muka
terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara yang meningkatkan laju,
dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya terjadi. Pergerakan modal
jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada tingkat suku bunga domestik,
pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal.
c.
Perbedaan suku
bunga di berbagai negara
Perubahan
tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal
internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya
modal asing Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat
suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi
mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan
ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku
bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan
transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal
nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih
memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat
lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat
bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu
negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima
kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha
meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya
harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional
terhadap satu negara
d.
Tingkat
pendapatan relatif
Faktor
lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing
adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju
pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang
asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan
valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.
e.
Kontrol
pemerintah
Kebijakan
pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai
hal termasuk:
·
Usaha untuk
menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
·
Usaha untuk
menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
·
Melakukan
intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan
intervensi di pasar uang adalah :
·
Untuk memperlancar
perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
·
Untuk membuat
kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
·
Tanggapan atas
gangguan yang bersifat sementara.
·
Berpengaruh
terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat
pendapatan
f.
Ekspektasi
Faktor
terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai
tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas
bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan
sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa
menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar
akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam
pasar.
d.
Analisa Nilai
Tukar Rupiah
Nilai
tukar rupiah merupakan salah satu hal yang sangat diberi perhatian bagi mereka
yang bergelut dalam bidang perekonomian Indonesia. Apalagi sejak krisis moneter
yang menimpa Indonesia pada 1998 lalu, nilai tukar rupiah ke mata uang asing
memang cenderung rendah. Sejak saat itu pula nilai tukar rupiah terus-menerus
melemah. Jika grafik naik maka biasanya cenderung tidak signifikan. Belum lagi
kondisi ini diperparah lagi dengan keadaan situasi nasional yang carut-marut
sehingga mengakibatkan ketidakkaruan nilai tukar rupiah secara signifikan tidak
pernah mengalami peningkatan drastis terhadap mata uang asing lainnya. Mungkin
beberapa dari Anda pernah bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana
sebenarnya sistem penentuan nilai tukar rupiah tersebut dan apa pengaruhnya
terhadap perekonomian Indonesia. Namun mari kita membahas pengertian nilai
tukar rupiah terlebih dahulu agar mendapatkan pemahaman yang jelas.
·
Peranan Nilai
Tukar Rupiah
Nilai
tukar rupiah punya peranan dalam pergerakan ekonomi Indonesia apakah akan
turun-aik.Penurunan dan kenaikan perekonomian Indonesia bisa dilihat dari
pergerakan nilai mata uang rupiah. Dampaknya sendiri berpengaruh terhadap
domestik dan Internasional. Karena semua negara akan melakukan transaksi secara
Internasional dan Indonesia sendiri menggunakan mata uang rupiah. Dari sini
kita pun mengenal valas atau valuta asing yang adalah mata uang asing.
Sementara
itu, di sisi lain kita kadang sering salah persepsi menganggap bahwa valuta
asing merupakan alat pembayaran di luar negeri. Padahal hal tersebut salah,
faktanya adalah valuta asing hanya terbatas pada beberapa mata uang saja yang
berlaku untuk transaksi Internasional. Dalam percaturan ekonomi dunia dan
bangsa, nilai tukar rupiah sangat penting karena kita mengetahui bahwa suatu
bangsa tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya dimana memproduksi sendiri
segalanya. Semua negara saling membutuhkan satu sama lain. Karena itu, mata
uang asing diperlukan.
·
Sejarah Nilai
Tukar Rupiah
Berbicara
soal nilai tukar rupiah maka kita tentu tidak lepas dari Rupiah itu sendiri.
Rupiah sering disingkat menjadi Rp adalah nama mata uang Indonesia. Kata
‘Rupiah’ sendiri berasal dari bahasa Indonesia ‘rupee’ yang merupakan nama mata
uang India. Mata uang ini diperkenalkan pada saat Perang Dunia ke-2 meski masih
dikenal sebagai nama rupiah Hindia Belanda. Sementara itu, sebelumnya Indonesia
masih menggunakan Gulden Belanda.
Awalnya Rupiah memiliki nilai satuan dan disamakan nilainya dengan Gulden Hindia Belanda. Namun seiring waktu dan penurunan nilai tukar rupiah yang mengalami kejatuhan, satuan-satuan tersebut tidak lagi digunakan.
Awalnya Rupiah memiliki nilai satuan dan disamakan nilainya dengan Gulden Hindia Belanda. Namun seiring waktu dan penurunan nilai tukar rupiah yang mengalami kejatuhan, satuan-satuan tersebut tidak lagi digunakan.
Pada
saat itu, masih dikenal rupiah sen dengan nilai 1 per 100 rupiah. Kemudian
dikenal pula Cepeng dan Hepeng. Bahkan masih banyak lagi nilai-nilai terkecil
rupiah.
Namun, karena pergolakan yang terjadi mengakibatkan perubahan nilai tukar rupiah yang malah jatuh. Hal ini jugalah yang menyebabkan besarnya mata uang rupiah karena terlalu banyak 0-nya. Ya, kita sudah mengetahui bahwa perekonomian suatu negara menentukan nilai tukar mata uangnya, begitu juga perubahan nilai tukar mata uang merupakan tanda apakah perekonomian membaik atau tidak.
Namun, karena pergolakan yang terjadi mengakibatkan perubahan nilai tukar rupiah yang malah jatuh. Hal ini jugalah yang menyebabkan besarnya mata uang rupiah karena terlalu banyak 0-nya. Ya, kita sudah mengetahui bahwa perekonomian suatu negara menentukan nilai tukar mata uangnya, begitu juga perubahan nilai tukar mata uang merupakan tanda apakah perekonomian membaik atau tidak.
Karena
itu, kita jadi mengetahui peranan dan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing. Sejarah panjang nilai tukar rupiah sangat berharga untuk kita
ketahui dan jika bisa dipelajari. Siapa yang tahu belajar dari pengalaman akan
mengubah situasi yang terjadi. Peluang masih ada untuk meningkatkan nilai mata
uang rupiah kembali terhadap mata uang asing.
e.
Sejarah
Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Sejak
tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar (Nopirin,
2000 : 172).
a.
Sistem kurs
tetap (1970- 1978)
Sesuai
dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar
tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat
yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta
asing.
b.
Sistem
mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada
masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket
of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya
devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs
indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spreadtertentu.
Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas
atau bawah dari spread.
c.
Sistem kurs
mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)
Sejak
pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa
yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang
intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem
nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal
14 Agustus 1997.
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian
Nilai Tukar (Kurs)
Kurs
(exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam
keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan
harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua
kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap
mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan)
menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi
(penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih
mahal dan impornya lebih murah.
Jenis-jenis
Nilai Tukar (Kurs)
·
Kurs Tetap (Fixed
Exchange Rate)
·
Kurs Mengambang
Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
·
Kurs Mengambang Bebas (Free
Floating Rate)
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Nilai Kurs
·
Tingkat inflasi
·
Perbedaan suku
bunga di berbagai negara
·
Aktifitas
neraca pembayaran
·
Tingkat
pendapatan relatif
·
Kontrol
pemerintah
·
Ekspektasi
DAFTAR
REFERENSI
·
Sukirno,
Sadono. 2003. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Edisi Ketiga. Rajawali
Pers. Jakarta.
·
Nopirin. 2000.
“Ekonomi Moneter Edisi 1”. BPFE. Yogyakarta.
·
Triyono. 2008.
Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
·
Berliana Heli
Charisma, 2006, Mengenal Valuta Asing, Yogjakarta: Gajah Mada University
Press, hlm: 13-18
·
Faried Wijaya, Seri
Pengantar Ekonomika EKONOMIKA MAKRO, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 2000
·
Boediono, Seri Sinopsis PengantarIlmu Ekonomi, No.3,
Ekonomi Internasional, edisi 1, Yogyakarta, BFEE Yogyakarta
·
Badono Sikirno, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi2,
PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Comments